Seminar Akademik merupakan agenda tahunan yang dilakukan oleh Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Pada tahun ini seminar dilaksanakan di Concert Hall ISI Yogyakarta pada hari Kamis, 3 Oktober 2019 dengan tema yang diangkat adalah Dunia Koleksi: Hulu-hilir Kepemilikan Karya Seni. Seminar ini dilatari oleh keberadaan benda kreatif sebagai benda budaya. Karya seni berupa lukisan, patung, grafis, kriya, batik, perhiasan, maupun produk fungsional dan sejumlah item peristiwa dapat menjadi benda koleksi yang amat berharga. Sejauh mana penghargaan, pengelolaan hingga pelestarian benda kreatif tersebut akan dikaji secara menarik.

Seminar Akademik dibuka dengan penampilan pantomim Djemek Supardi dilanjutkan dengan peluncuranbuku Dunia Koleksi seri kedua yang dengan simbolik ditandatangani oleh Ibu Dr. Suastiwi, M.Des selaku Dekan FSR ISI Yogyakarta. Buku Dunia Koleksi merupakan bunga rampai, kumpulan 20 tulisan yang terpilih dalam Call for Paper dengan satu tema besar yang diangkat sama dengan Seminar Akademik yaitu Dunia Koleksi: Hulu-hilir Kepemilikan Karya Seni. Buku ini bisa didapatkan oleh publik secara umum dengan menghubungi narahubung Ajeng (081578891632).

Seminar dipantik oleh moderator Arinta Agustina, S.Sn, M.A. yang memandu keenam pembicara hingga acara selesai. Pembicara pertama yakni Drs. Pustanto, sebagai kepala Galeri Nasional Indonesia ia membicarakan mengenai sejarah dibangunnya Galeri Nasional, akuisisi koleksi karya seni, dan pengkajiannya. Pembicara kedua yaitu salah satu dosen Tata Kelola Seni  Dr. M. Kholid Arif Rozaq, M.M. menyampaikan mengenai kajian teoretik dengan memaparkan dari tulisannya yang berjudul “Adaptasi Kelola di Era Disruptif Industri 4.0 (sektor usaha, fotografi, pendidikan, dan seni visual)”. Selanjutnya pembicara ketiga, sebagai kurator ArtJog Bambang “Toko” Witjaksono menyampaikan pengalamannya tentang dinamika kurator serta wilayah kerja kurator, bagaimana seorang kurator dituntut untuk memahami seluruh aspek pameran seni, mulai dari karya seni itu sendiri, persoalan teknis hingga mempengaruhi pengambilan keputusan seorang kolektor.

Pembicara keempat yaitu Ir. Benny Raharjo membicarakan mengenai manajemen pengelolaan Balai Lelang Masterpiece Auction House mulai dari membangun jaringan kolektor dengan menanamkan trust kepada buyer, strategi pemasaran, pengalamannya dalam proses distribusi, dan hambatan dalam proses pengoleksian. Kemudian Philippe Augier sebagai pemilik Museum Pasifika Bali, menceritakan bagaimana sejarah Museum Pasifika Bali, pengalamannya dalam mendapatkan koleksi, hingga proses “lobby” karya koleksinya. Terakhir, GKR. Bendara sebagai Putri Kraton Yogyakarta memaparkan mengenai penting dan dibutuhkannya pengelola karya seni, pengarsipan untuk benda-benda seni peninggalan masa kerajaan lampau, maka pengelolaan tersebut tidak hanya dikelola oleh Kraton internal saja melainkan bekerjasama dengan berbagai institusi diluar Kraton Yogyakarta.  Dengan berakhirnya Seminar Akademik ini, maka diharapkan dapat menjadi rumusan kajian serta evaluasi dalam pengelolaan karya seni.