Pada tanggal 30 Agustus 2018, pukul  08.30-12.00 WIB di Gedung Sasana Ajiyasa Fakultas Seni Rupa telah diadakan Focus Group Discussion (FGD) kegiatan ini merupakan kegiatan mengenai histografi seni rupa modern Indonesia diadakan dalam rangka memberikan refrensi baru dalam perkembangan sejarah dan bertujuan untuk meningkatkan potensi sejarawan dalam memberikan kontribusi masa depan di Indonesia kegiatan ini dihadiri oleh ahli-ahli dan pecinta sejarah Seni Rupa seluruh Indonesia dari berbagai kalangan. Pemicu diskusi adalah Aminuddin th. Siregar dan Moderator Mikke Susanto, S.Sn., M.A.. Adapun kegiatan ini diorganisasi oleh Jurusan Seni Murni & Jurusan Tata Kelola Seni, FSR ISI Yogyakarta.

Sejarah seni rupa Indonesia telah menjadi kajian serius saat ini. Para penulis seni dari masa ke masa tidak pernah lelah melakukan periwayatan seni rupa modern Indonesia. Sejak berdirinya Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) telah memunculkan sejumlah pencatat sejarah seni seperti Kusnadi, Sudarmadji, Soedarso Sp., Bambang Bujono, hingga nama2 baru yang kini aktif sebagai penulis dan kurator. Belum lagi para sejarawan dari perguruan tinggi lain, baik yang ada di dalam maupun di luar negeri. Semuanya telah memberikan sumbangan penting, meskipun tetap perlu dikaji terus menerus, sesuai dengan temuan data dan arsip-arsip baru.

Kajian sejarah seni sesungguhnya amatlah luas. Bila dilihat dari aspek kronologis, cakupannya mulai dari seni rupa prasejarah hingga tradisional, yang berkembang dari masa kuno hingga masa klasik. Disambung dengan sejarah seni rupa modern yang berkembang di abad ke-19 hingga kisaran tahun 1980-an. Sesudahnya perkembangan seni kontemporer memeroleh tempat pada era yang lebih baru dan yang berkembang sampai saat ini. Artinya cakupan waktu pada kajian sejarah seni rupa sangatlah panjang.

Historiografi sebagai salah satu ilmu yang berkembang di bidang kesejarahan kini pun mengalami perkembangan yang tak kalah menarik. Penulisan sejarah pada berbagai bidang seperti sosial, politik, sains, hingga budaya menyebabkan ilmu penulisan sejarah mendapatkan tempat penting dan menawarkan kajian-kajian yang menarik. Demikian pula dalam historiografi seni rupa modern Indonesia, yang diyakini dapat menunjukkan fungsinya bagi kesejarahan dan identitas nasional di Indonesia. Karenanya perlu diadakan forum kajian historiografi dalam bidang seni rupa sesering dan sebaik mungkin.

Upaya yang dilakukan oleh Jurusan Seni Murni dan Tata Kelola Seni FSR ISI Yogyakarta tentu perlu diapresiasi secara khusus. Sebab dalam catatan, forum akademik berupa seminar sejarah seni modern telah lama tidak dilakukan. Tercatat pada tahun 1957 Seminar sejarah seni justru digelar di Universitas Gadjah Mada (UGM). Selebihnya setelah kajian akademis tersebut yang lahir lebih pada diskusi kecil yang bersifat sporadis dan terbitnya buku-buku sejarah seni rupa modern, baik yang ditulis olah para penulis Indonesia dan para Indonesianis bidang sejarah seni rupa. Untuk itulah, hasil FGD ini nantinya perlu ditindaklanjuti secara maksimal dan komprehensif oleh para pemikir seni rupa Indonesia.

Kali ini FGD Historiografi Seni Rupa Modern Indonesia hendak melakukan kajian kritis mengenai periwayatan seni rupa modern Indonesia masih dianggap masih menyimpan banyak masalah. Hal yang mencolok di antara berbagai permasalahan tersebut adalah masalah sistem klasifikasi ruang dan waktu (periodisasi).

Menurut Aminuddin Th. Siregar, dalam hal periodisasi, secara umum para penulis sejarah seni misalnya terjebak menggunakan alur periode berturut-turut sebagai berikut: Raden Saleh – Mooi Indie – Persagi – Zaman Jepang – Zaman Revolusi – Masa Sanggar/Akademik – GSRB – Seni Rupa Kontemporer. Kajian yang hendak didiskusikan untuk mengkritisi sistem klasifikasi dengan mengajukan penggunaan sumber-sumber asing dan memadukannya dengan sumber nasional. Sehingga pada gilirannya menawarkan cara pandang kritis-baru dalam menilai konstruksi sejarah seni rupa Indonesia yang kepalang diakui sebagai kebenaran pada hari ini.

Semoga dengan adanya FGD ini dapat memicu lahirnya dimensi baru atau naskah akademik sejarah yang lebih metodologis dan meyakinkan, termasuk menjadi lebih baik dengan ditemukannya arsip-arsip dan data baru. Dengan hasil yang berkulitas, diharapkan mampu menyumbang materi pengajaran materi sejarah seni, baik di level sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Selebihnya semoga juga akan memicu hadirnya jurusan sejarah seni di perguruan tinggi seperti di ISI Yogyakarta.