Agenda Dies Natalis Ke-38 ISI Yogyakarta

Program tahunan perayaan Dies Natalis XXXVIII  ISI Yogyakarta merupakan salah satu agenda tahunan di ISI Yogyakarta. Tahun 2022 ini ISI Yogyakarta telah memasuki usia ke-38. Melalui tema besar Keunggulan Seni untuk Recovery Kehidupan, perayaan kali ini akan dilaksanakan serangkaian kegiatan yang melibatkan seluruh civitas akademika yang meliputi tiga fakultas (Fakultas Seni Rupa, Fakultas Seni Media Rekam, Fakultas Seni Pertunjukan), Galeri Seni Katamsi, dan Program Pasca Sarjana ISI Yogyakarta.

Kehidupan masyarakat yang berjalan baik, dengan segala warnanya, secara tiba-tiba berubah drastis ketika pandemi COVID-19 melanda. Tidak hanya di Indonesia, namun di seluruh dunia. Tatanan yang telah berjalan sebagai alur kehidupan itu terkoyak, mundur, melambat, dan bahkan sebagian berhenti akibat pandemi. Seluruh sektor, mulai dari kesehatan, ekonomi, pendidikan, industri, pariwisata, hingga seni ikut terdampak. Sebagian masih bisa berjalan, sebagian harus berhenti.

Namun pandemi juga memberi pelajaran, sebagaimana kehidupan itu sendiri, bahwa sebuah proses kadang memang harus berhenti sejenak. Tidak hanya bagi pribadi-pribadi, tetapi juga untuk masyarakat secara umum. Selama dua tahun perubahan demi perubahan dan penyesuaian demi penyesuaian terjadi. Sebagian karena dipaksa oleh keadaan, sebagian lagi justru melahirkan kreativitas manusia dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.

Begitu pula dengan seni.

Pandemi mengubah berbagai sisi dalam kehidupan seni dan berkesenian. Dalam banyak karakter, seni tidak mengalami gangguan bermakna. Namun dalam kaitannya dengan pelaku dan penikmat seni, perubahan merupakan sebuah konsekuensi.

Bagaimana seni diproduksi dan bagaimana disajikan kepada masyarakat, turut terdampak oleh pandemi. Pembatasan kontak antar personal, yang bagi seniman bisa dimaknai sebagai pengasingan dalam proses kreatif, adalah salah satu contohnya. Begitupun larangan untuk berkumpul, yang berdampak pada bagaimana masyarakat menikmati karya seni, melahirkan terobosan dan penyesuaian yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.

Di bidang seni rupa, naiknya pamor seni visual elektronik, lengkap dengan penyelenggaraan pameran secara daring, adalah salah satu contohnya. Bahkan dalam perkembangan terakhir, Non-Fungibel Token (NFT) telah masuk dalam komunitas seni, seniman, dan kegiatan berkesenian.

Fase Kembali “Normal”
Pandemi kini menjalani tahap akhirnya, yang dalam istilah resmi akan segera masuk ke era endemi. Bagaimana kemudian seni bersikap atas proses perubahan ini? Apakah seni akan kembali ke habitat lama sebelum pandemi? Ataukah perubahan-perubahan yang telah terjadi akan tetap bertahan dan menjadi medium baru? Mungkinkan habitat lama akan berkolaborasi dengan habitat baru dan melahirkan ekosistem seni pasca pandemi yang benar-benar anyar?

Seni akan kembali ke situasi “normal”. Namun, “Normal” dalam tanda petik ini menyimpan tanda tanya, apakah normal itu adalah kondisi serupa awal, ataukah sebuahb kenormalan baru yang memiliki tatanan berbeda.

Di sisi lain, muncul pula pertanyaan bagaimana seni akan berperan di tengah perubahan ini. Berakhirnya pandemi bukan hanya isu kesehatan. Ini adalah isu kehidupan, dimana seni menjadi salah satu unsur pentingnya. Proses masyarakat yang pulih dari keterpurukan selama dua tahun terakhir ini, tentu tidak bisa lepas dari peran seni. Lebih dari itu, seni bahkan secara mandiri harus menyatakan dukungan, membantu masyarakat, turut memberdayakan dan mempercepat pemulihan kehidupan.

Karena itulah, ISI Yogyakarta memilih tema Seni untuk Pemulihan Kehidupan sebagai tema dias natalis ke-38 tahun ini.

Seni untuk Pemulihan Kehidupan tidak hanya bermakna bahwa peran seniman akan sangat penting dalam proses pemulihan itu. Seni sebagai bidang kehidupan, akan menunjukkan dukungan lebih bagi masyarakat.

Dalam skala lebih luas, peran seni dalam pemulihan ini sejalan dengan semangat Indonesia dalam kerangka pertemuan negara-negara G20: Recover Together, Rocover Stronger. Seni tidak hanya memberi wahana bagi kita untuk pulih bersama, tetapi juga menjadi masyarakat yang lebih kuat.

Dalam kaitan itu, panitia dies natalis ke-38 ISI Yogyakarta, akan menyelenggarakan sejumlah kegiatan, yang tergabung dalam dua agenda besar yaitu Pameran Seni Rupa dan Workshop Design Thinking, sebagai mata acara dalam rangkaian kegiatan Seni untuk Pemulihan Kehidupan.

  1. Pameran Seni Rupa
    Termasuk dalam agenda kegiatan ini adalah pameran karya seni rupa, fashion show, lomba poster digital, dan lomba desain motif batik ISI Yogyakarta tingkat Nasional.

Seluruh kegiatan dalam agenda pameran seni rupa ini diselenggarakan dengan mengundang perguruan tinggi mitra ISI Yogyakarta, baik dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri, perguruan tinggi ini telah tergabung dalam Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Seni Indonesia (BKSPTSI). Selain itu, diundang pula perguruan tinggi yang tergabung dalam asosiasi jurusan/prodi, dan perguruan tinggi yang sudah melakukan kerjasama, baik dalam bentuk MOU maupun PKS.

Pameran seni rupa akan menampilkan karya terbaik seni rupa sebagai bagian dari sejarah perkembangan seni di Indonesia. Seluruh mahasiswa Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, dan seluruh perguruan tinggi mitra, dalam dan luar negeri, berhak menjadi peserta dalam kegiatan ini.

Mahasiswa perguruan tinggi mitra dari luar negeri yang diundang berasal dari negara Thailand, Malaysia, Filipina, Cina, Korea Selatan, Hungaria, Madagaskar, Australia, Jepang, Austria, Vietnam.

  1. Workshop Design Thinking
    Design Thinking adalah sebuah metode, pola pikir, atau suatu proses untuk berempati terhadap masalah yang berfokus pada manusia. Design Thinking juga merupakan salah satu resep inovasi produk dan layanan dalam konteks bisnis dan sosial. Design Thinking umumnya digunakan untuk memecahkan masalah secara efektif, memahami pengguna suatu produk desain dan kebutuhannya sehingga dapat membuat definisi ulang permasalahan.

Sebagai sebuah metode, Design Thinking memiliki sejumlah keunggulan, seperti :

a.Sebagia jembatan tujuan bisnis dan meningkatkan kapasitas karyawan.
b.Fokus kepada solusi permasalahan.
c.Menciptakan loyalitas ke pelanggan.
d.Menciptakan ide dan solusi yang inovatif.
e.Lebih efisien dan bisa diterapkan di mana saja.

Workshop design thinking merupakan kegiatan rutin yang telah berlangsung selama delapan tahun. Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan MOU antara ISI Yogyakarta dengan Hochschule Hannover, Jerman.

Program ini telah memberikan banyak manfaat, bukan hanya kepada institusi tetapi juga kepada masyarakat pada umumnya, terutama pelaku UMKM di Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Kegiatan ini setiap tahunnya selalu melibatkan mitra pengusaha kecil maupun pelaku industri kreatif, untuk melihat langsung permasalahan yang mereka tidak sadari. Melalui metode design thinking, mahasiswa ISI Yogyakada dan Hochschule Hannover, mengedepankan empati terhadap persoalan kompleks, yang tidak disadari dan mungkin belum terpecahkan oleh pelaku industri kreatif tersebut.

Oleh karena itu, program ini merupakan salah satu program unggulan yang terus dibina dan dipertahankan karena dampaknya yang luas, dan sangat nyata pada masyarakat dan insan akademik di ISI Yogyakarta.

Kegiatan workshop delapan hari ini setiap tahunnya diselenggarakan dengan melibatkan mahasiswa multi disiplin dan multi culture sebagai peserta. Jika sebelumnya diselenggarakan secara tatap muka, selama pandemi workshop terpaksa diselengarakan secara daring dan disingkat durasinya menjadi tiga hari.

Namun demikian hal tersebut tidak akan membatasi kreativitas dan ide-ide segar dari mahasiswa dalam memecahkan persoalan yang dihadapi insan seni maupun pelaku industri kreatif.

Berikut adalah agenda Dies Natalis XXXVIII ISI Yogyakarta