30 November 2020, Dalam rangka Pameran Seni Rupa Harlah 70 Tahun ASRI akan mempersembahkan Forum Seni Dan Kebangsaan II dengan tema Memahami Indonesia, Melalui Pendidikan Seni: “Peran, Kontribusi Seniman, Seni, dan Pendidikan Seni dalam Membangun Indonesia Bermartabat”.
Webinar kali ini mengundang beberapa narasumber antara lain:
- Nadiem Makarim, BA, MBA, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
- Prof. Dr. M. Agus Burhan M.Hum, Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta
- Butet Kartaredjasa, seniman
- Entang Wiharso, seniman
- Dr. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum, kurator seni rupa
Moderator: Dr. Suastiwi Triatmodjo, M. Des
SYARAT PESERTA:
1.Peserta bisa mendaftarkan diri dengan mengisi Google Form yang ada pada: https://linktr.ee/harlahasri70, kemudian
lalu klik bagian: webinar 2.0 dan diisi data diri atau kunjungi link yang ada di bio Instagram kami @harlah.asri
2.Pendaftaran gratis dengan kuota peserta terbatas. Pendaftaran akan ditutup sampai dengan tanggal 30 November 2020, pukul 09.00 WIB. Apabila kuota telah penuh, pendaftaran akan ditutup sebelum tanggal tersebut.
3.Peserta yang sudah terdaftar akan mendapatkan link melalui email masing-masing.
4.Setiap peserta yang terdaftar diharapkan untuk bergabung dengan link webinar 30 menit sebelum acara berlangsung dan mengikuti tata tertib diskusi yang disampaikan oleh moderator.
5.Peserta akan mendapatkan sertifikat elektronik.
Info lebih lanjut silahkan menghubungi narahubung: Depatya (+62 857-2994-2469)
Limited Seats! Jadi catat tanggal waktunya ya…
Hari/Tanggal : Senin, 30 November 2020
Waktu : 16.00 – 18.00 WIB
link Reservasi : https://linktr.ee/harlahasri70
ASRI – FSR ISI Yogyakarta hingga usianya yang ke-70 tahun (1950-2020), terlibat dalam ombak perubahan perjalanan kebangsaan Indonesia. Para seniman – baik sebagai pendiri ASRI, dosen, dan para alumni – memainkan peran penting dalam perjalanan menjadi Indonesia, melalui karya seni. Sejumlah pencapaian dan prestasi tercatat dalam sejarah, dan ikut membangun “martabat” negara dan bangsa Indonesia dalam pergaulan antarbangsa. Bagaimana tantangan pendidikan seni (seni rupa) hari ini dan masa depan?”
Pendirian ASRI sangat kental dengan nuansa kebangsaan, di mana para seniman juga kebanyakan adalah pejuang dan tentara pelajar. Para pendidik di ASRI memiliki pandangan-pandangan seni yang sangat erat dengan semangat kebangsaan yang menentang penjajahan kolonial. Sebagai akademi seni, ASRI memiliki karakter khas yang dibentuk oleh para pejuang itu dalam melahirkan karya-karya yang menggambarkan realitas masyarakat saat itu. Para seniman yang mendukung pendirian ASRI seperti S. Sudjojono dan Affandi memiliki karakter yang kuat dalam mengetengahkan seni rupa yang berangkat dari semangat kerakyatan itu. Para seniman tersebutmemiliki pandangan yang besar bahwa seni (rupa) memiliki peran penting dalam melihat jiwa dan semangat jaman yang sedang mengalami perubahan tatanan, dari kolonial ke sebuah republik yang demokratis.
Dalam konteks masa kini, semangat pendirian ASRI itu dapat dilihat dalam perspektif bagaimana kita sebagai sebuah bangsa memandang seni dan kebudayaan secara umumnya sebagai bagian penting dalam memaknai kehidupan kita dalam berbangsa. Kongres kebudayaan yang diselenggarakan sejak pra-kemerdekaan telah melahirkan landasan-landasan percakapan yang mendasar mengenai cara kita melihat dan memaknai kemerdekaan kita sebagai bangsa. Kompleksitas pendidikan seni di masa kini, semakin tak terelakkan berlangsung dalam arena ekonomi, politik, dan kebudayaan secara umum. Begitu pula dimensi sosial yang semakin kompleks -dalam situasi realitas yang termediasi- melalui teknologi digital dan jaringan media.
Persoalan di masa kini adalah bagaimana seni dan/atau pendidikan tinggi seni rupa berperan dalam kebudayaan nasional? Apakah pembangunan manusia masih merupakan salah satu peran yang dapat diharapkan melalui pendidikan seni? Apakah keberhasilan seni hanya bisa diukur melalui keberhasilannya dalam melahirkan komoditas kreatif? Bagaimana seniman melihat peran dirinya di tengah masyarakat kontemporer? Apakah penentu kebijakan (pemerintah) memandang seni dapat ikut andil dalam membangun bangsa yang bermartabat?