Sebanyak 52 staf pengajar Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta dan Fakultas Seni Rupa dan Disain ITB menyelenggarakan pameran seni rupa “Tegangan:Sosok/Artikulasi di UPT Gallery ISI Yogyakarta mulai Jum’at (27/9) hingga Jum’at (28/10).
Ke-52 dosen tersebut berasal dari FSR ISI Yogyakarta sebanyak 35 dosen sedang dari FSRD ITB ada 17 dosen. Dosen FSR ISI Yogyakarta yang menampilkan karya mereka antara lain I Gede Arya Sucitra, Amir Hamzah, Anusapati, Soewardi, Sudarisman, Agus Kamal, Subroto SM, Agus Burhan, Andre Tanama, Wiyono, Deni Junaeni, Wiwik Sri Wulandari dll.
Sedang staf pengajar FSRD ITB yang memamerkan karyanya antara lain Asmudjo Jono Irianto, Ira Adriati W, Pritha Fitria Natasha Bekti, , Mon Mudjiman, Patriot Mukmin, Pius Prio Wibowo, Y.S Nurjoko, Amrizal Salayan, Setiawan Sabana, Seto Priyo Nugroho.
Kepala UPT Galeri ISI Yogyakarta, I Gede Arya Sucitra mengatakan dengan Pameran Seni Rupa “Tegangan: Sosol/Artikulasi” ini, dapat dilihat proses perubahan dan perkembangan kekaryaan dan pemikiran antara FSR ISI Yogyakarta yang diwakili oleh karya pengajar jurusan Seni Murni (Lukis, Patung, dan Grafis) dengan pengajar FSRD ITB (jurusan Studio Lukis, Patung, Grafis, Keramik dan Intermedia)
FSR ISI Yogyakarta dan FSRD ITB menghasilkan para pemikir,praktisi seni dan alumni yang memiliki keberagaman dan keunikan masing-masing. Tidak dapat dipungkiri juga, sejak awal ada semacam kompetisi (seni dan wacana) yang kuat dan militan dari dua perguruan tinggi seni ini.
Misalnya saja adanya ‘klaim’ ITB yang lebih lekat dengan kampus laboratorium Barat yang disebabkan penerapan pengetahuan teori barat yang kuat dan ketat dalam pengajaran yang dilakukan.
Sedang ASRI (ISI Yogyakarta) disebut sebagai kamus kerakyatan yang disebabkan oleh proses pembelajarannya yang terbentuk dalam wujud kesanggaran.
Ketua Pantia Pameran Seni Rupa ”Tegangan: Sosok/Artikulasi, Sumaryanti Nurjoko M.Si menjelaskan pameran ini menjadi pameran formal perdana selama setengah abad lebih dari keberadaan FSR ISI Yogyakarta dan FSRD ITB ditingkat para pengajarnya.
“Pameran ini mengedepankan pencapaian individu setiap dosen; seberapa penting pencapaian kreatifitas dan pemikiran, terkait dengan eksistensinya seabgai sosok pengajar dan seorang profesional dalam dunia seni rupa,” terang Nurjoko yang juga dosen FSRD ITB ini.