Podcast sebagai media sharing dan diskusi ilmiah, saat ini menjadi solusi yang efektif untuk keberlangsungan diskusi ilmiah di masa pandemi Covid-19. Meskipun dalam kurun waktu pandemi Covid-19, tidak menghentikan semangat para akademisi Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta untuk tetap aktif berdiskusi ilmiah melalui media dalam jaringan yang sering disebut daring. Media daring yang digunakan seperti zoom, podcast, maupun youtube yang dimiliki oleh Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta terus tetap aktif dan produktif. Podcast Kriya: Speak Up#2 merupakan kelanjutan dari Kriya: Speak Up#1 dengan tema Craft Speak Up. Pada momen Kriya: Speak Up#2 mengusung tema Kriya Kekunoan dan Kekinian yang telah dilaksanakan pada Kamis 18 Maret 2021 tepat pada pukul 09.00-10.30 di Studio Podcast, Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta.
Kriya: Speak Up#2 – Kriya Kekunoan dan Kekinian dimoderatori oleh Drs. Andono, M.Sn. dan menghadirkan dua narasumber dari kalangan akademis sekaligus salah satu dosen Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta yakni Sumino, S.Sn., M.Sn., serta Agus Sriyono selaku praktisi dan pengusaha mebel Rupa Datu.
Moderator Kriya Kekunoan dan Kekinian, Drs. Andono, M.Sn. mampu membawa mengantarkan acara diskusi ilmiah sampai pada diskusi interaktif. Menurut Drs. Andono, M.Sn, Indonesia merupakan negara yang gemah ripah loh jinawi kaya raya akan potensi alam seperti: kayu, rotan, hasil tambang, dan lain sebagainya. Adanya potensi sumber daya alam mendukung praktik kriya sejak jaman kuno hingga kini. Berbagai sumber daya alam digunakan sebagai material dalam membuat produk-produk kriya.
Pada kesempatan ini, narasumber Sumino, S.Sn., M.Sn., memberikan wacana kriya dalam konteks kriya kekunoan dan kekinian dari kacamata culture studies. Menurut beliau kekunoan sebetulnya kurang menarik apabila kriya hanya dilihat sebatas objek benda saja, seperti keris kuno, sebatas keris pada masa tertentu. Namun ketika keris dibawa ke dalam konteks kekinian ini akan lebih menarik dan banyak hal yang diihat dalam kacamata kekinian. Kekunoan saat ini menempati struktur yang mapan. Kekunoan merupakan sifat yang melekat apada kriya. Kriyawan memiliki peran kedudukan sebagai agen atau subjek, memiliki kuasa memproduksi pandangan kriya. Bagaimana memandang kriya secara luas dipengaruhi oleh sosio budaya yang mendukungnya. Kriya kekinian, saat ini kriya telah melampaui struktur yang mapan dengan adanya kebutuhan konsumsi produk kriya dan trend saat ini. Bagaimana kompleksitas antara regulasi indutri, sistem, desain, fungsi, kebutuhan, trend pasar, dan regulasi kebijakan pemerintah saling berkesinambungan.
Pandangan lain dalam kacamata hyper kini atau pasca industri/ pasca struktur/ pasca modern, menyikapi bahwa indikasi dari post struktural itu terdapat indikasi elemen perubahan besar-besaran, tidak hanya sebatas pada tataran kebendaannya, namun lebih kepada cara berfikir menghadapi masyarakat yang sangat kompleks sosio budaya menuntup perubahan besar. Apa yang perlu dirubah? Misalnya yang terjadi dalam dunia ekonomi yaitu merubah layanan jasa berbasis teknologi. Perubahan yang terjadi menuntut adanya kehadiran pelaku professional, teknologi yang mendukung, dan control ruang baru post-structural. Postmodern ketika kriya telah landing bertemu dengan masyrakat yang hyper konsumsi, pemerintah harus tanggap dan membuka regulasi produk kriya untuk masuk kedalam lapisan elemen masyarakat.
Agus Sriyono selaku praktisi dan pengusaha mebel Rupa Datu, dalam kesehariannya banyak mengeksplorasi produk kriya dengan material logam dan kayu dalam produk furniture dan mebelnya. Agus Sriyono memaparkan bahwa kriya merupakan produk kekunoan namun memiliki daya jual kekinian. Menurut beliau, kriya adalah produk kekunoan. Kriya dipandang sebagai aktivitas menjual kekunoan apabila dilihat dari aspek bahan dan teknik. Kriya kekinian memposisikan kriyawan untuk tetap produktif berkarya sebagai upaya menjaga keberlangsungan eksistensi kriya, menjawab kebutuhan pasar, dan untuk bertahan hidup. Kriya kekinian memiliki aspek material yang berasal dari kekunoan, namun tampilan visual fisiknya telah hadir kekinian. Wujud fisik kekunoan tidak terlihat, namun kekunoan secara materialnya masih tampak. Hal inilah yang menjadi potensi daya jual dan niali daya saing yang tinggi di dalam pasar industri saat ini. Misal kayu lawasan sebagai bahan material produk kekinian dan dihadirkan dalam produk mebel kekinian untuk menjawab tantangan jaman.
Orang memilih barang kuno atau bahan kuno sebagai memori. Kuno memiliki nilai keunikan tersendiri. Perkembangan jaman, menuntut kekunoan secara visual telah tergeser dengan adanya bahan kekunoan. Pasaran furniture dan kerajinan, barang kekunoan telah diekspos menjadi visual modern, teknik modern, namun tetap mempertahankan bahan kuno missal kayu lawasan. Karena dari aspek material yang kuno memiliki aspek historis yang memiliki value atau nilai yang mendalam. Dunia industri telah membuka peluang adanya mix teknik dan mix media sebagai lompatan memasuki dunia kini. Selain itu didukung oleh lompatan ide dan gagasan untuk menjawab kebutuhan masyarakat saat ini. Begitu pula yang terjadi pada produk kriya saat ini, telah hadir dengan visual kekinian, mix media, dan mix teknik yang didukung dengan adanya peran teknologi. Begitulah paparan konten diskusi ilmiah Kriya: Speak Up#2 – Kriya Kekunoan dan Kekinian, sampai jumpa kembali pada agenda Kriya: Speak Up#3 yang akan datang, dengan tema yang bebeda dan menarik tentang dunia Kriya. Masih banyak aspek-aspek Kriya yang belum dikupas, oleh karena itu Podcast Kriya: Speak Up akan menghadirkan wacana Kriya dalam sharing dan diskusi ilmiah. Sampai Jumpa dan Salam Budaya.
Author : Tri Wulandari (Dosen Jurusan Kriiya)
@ kriyaisi.yogyakarta_official
@ fsrisiyogyakarta