SMOL.ID – YOGYAKARTA – Hampir setiap tahun seniman kondang Timbul Raharjo selalu menggelar pameran tunggal yang mereka beri tajuk ‘Me Myselft & I’. Pameran selalu digelar spektakuler dengan menampilkan berbagai karya-karya terbaiknya. Namun karena pandemi Covid-19 membuat perubahan waktu pameran ‘Me, Myselft, & I #3’ yang semula akan dilaksanakan tanggal 25 Maret 2020 postpone tanggal 30 Agustus-13 September 2020 di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta. Demi keamanan dan kenyamanan, Timbul Raharjo, menerapkan protokol kesehatan yang nyaman dan mapan. Karena dengan pandemi Covid-19 memunculkan new normal melalui protokol Covid-19 pakai masker, cuci tangan dan pembatasan fisik hubungan antar manusia. Memang ada yang menanggapi tenang-tenang, namun banyak yang kawatir berlebihan. Metode pameranpun mengalami perubahan yang semula off line saja kemudian dibuat kombinasi on dan off line, sebuah era baru cara berpameran. MENARIK UNTUK ANDA Wanita 20 tahun membocorkan trik menghasilkan 1 Miliar seketika Metode yang efektif untuk menghilangkan jamur kuku dalam 4 hari! Motivasi Siswa Menurun karena Sistem Zonasi » SMOL.ID Ingin hidup 100 tahun? Bersihkan pembuluh darah! Inilah caranya Pameran ini sebagai bagian dalam memerangi pandemi korona, karena akibat yang ditimbulkan telah menjalar pada sendi sistem ekonomi dan psikologi. Yogyakarta sebagai tujuan wisata, sektor ini memberi pengaruh ekonomi yang signifikan. Secara spikologi pandemi ini, menurut Timbul Raharjo, yang juga dosen ISI Yogyakarta, menjadi momok yang memberi ketakutan pada masyarakat. Melalui pameran ini, diharapkan menjadi setitik cahaya untuk ikut serta dalam menarik kunjungan wisata ke Yogyakarta. Sehingga protokol covid-19 selalu dilakukan dengan pola budaya baru yang disebut dengan new normal. New normal dalam pameran ini adalah metode pelaksanaan pameran dan pengaturan kunjungan. Dunia internet menjadi sarana penting dalam menikmati pameran ini, namun seni perlu dilihat secara langsung sehingga rasa atau jiwa yang dipancarkan dari pameran itu dapat dengan baik menyatu dengan pemirsanya. New normal menjadi tabiat dalam perilaku kita dalam antisipasi berbentuk protokol covid-19. Konsep transvestite arts dipicu berita on line Jakarta News.com 17 Juli 2020, tentang konsep berkesenian transvestite yang penulis sampaikan. Ternyata memunculkan reaksi dari beberapa pengamat seni rupa, hal ini dapat dijadikan bahan diskusi yang menarik. Semula penulis mencoba menjelaskan proses hulu-hilir dalam berkarya dengan membuat posisioning karya di dunia Internasional. Keterpengaruhan dengan forecasting design tidak terhindarkan eksplorasi trend dipakai bahan pengetahuan untuk mencari karya baru yang memiliki karakter trend kekinian. Latar belakang penulis berangkat dari seni kriya, sehingga karya penulis sangat inten menggali potensi pembahanan dan teknik. Di tambah kehidupan penulis dalam dunia usaha seni, lambat laun tercipta karya yang memang mengabdi pada pasar yang lebih luas. Boleh jadi, pameran ini memunculkan prasangka negatif sebab dianggap tidak termasuk ranah fine art meskipun menggunakan cara-cara penciptaan yang sama. ”Konsep transvestite art menegaskan karya penulis mempunyai peran ganda sebagai fine art yang sekaligus applied art berposisi di antara keduanya,” jelas Timbul Raharjo, kemarin. Karya yang dipameran adalah hasil penciptaan seni rupa melalui proses pembacaan trend perkembangan seni rupa dunia, sehingga pola pikir bisnis menjadi kental, Transvestate art menjadi gueding proses penciptaan seni yang dibuat melalui pertimbangan matang agar karya-karya dapat diterima pasar seni rupa dunia. ”Jika banyak peminatnya karya dibuat lebih dari satu berpola limited edition. Dunia penciptaan fine art dan dunia applied art telah meracuni karya dalam Me Myselft & I #3 ini,” katanya. ”Pameran akan kami gelar dari tanggal 30 Agustustus sampai 13 September 2020,” imbuhnya. (Rangga Permana – aa)
Sebagian atau seluruh artikel ini telah diterbitkan di : https://smol.id/2020/08/25/timbul-raharjo-gelar-me-myselft-i3/
© 2020 – Suluh Media Network