Inspirasi Budaya Nusantara dalam Kriya

Peradaban bangsa suatu bangsa dapat dilihat dari peninggalan artefaknya, mengandung peninggalan masa lalu yang dapat memberi gambaran sejarah perjalanan hidup nenek moyang. Berbagai peninggalan sejarah itu secara visual memiliki makna dan fungsi baik tersurat maupun tersirat. Representasi dari karya-karya dapat berupa karya yang tangible dan intangible. Keduanya saling melengkapi dan memberikan nilai. Pada dasarnya puncak-puncak kebudayaan masa lalu memiliki karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh masyarakat pendukungnya. Kebanggaan dan penghargaan terhadap peninggalan masa lalu bukanlah sekedar nostalgia, namun bisa juga dianggap sebagai nguri-uri budaya bangsa. Pada sisi lain, ekspansi budaya modern semakin intensif, sehingga kadang mampu menyisihkan nilai-nilai budaya lama.

Sekalipun kebudayaan tradisonal mulai tersisihkan bukan berarti ia harus kehilangan perannya bagi pengembangan kebudayaan bangsa. Terbukti banyak seniman yang memanfaatkan kebudayaan tradisional sebagai sumber ide penciptaan karya-karya baru. Kreativitas seniman masa ini kadang-kadang susah ditebak. Kadang-kadang saat mood berkesenian itu muncul, maka kreativitas untuk menggali unsur-unsur budaya tradisi tidak bisa dihindarkan. Mereka mengeksplorasi khasanah budaya bangsa, baik untuk kepentingan keilmuan maupun penciptaan karya seni.

Idiom-idiom budaya bangsa itu menjadi penting dalam proses kreatif berkesenian dengan keterampilan kognitif yang dimiliki, maka seorang seniman dapat menyerap, mengolah, dan menciptakan seni kriya baru. Karya baru tersebut sebagai bentuk pencarian diferensiasi yang berupa eksplorasi idea/konsep, bentuk, material, dan karakter atau gaya.

Dalam konteks ini ada dua tujuan umum dalam penciptakan karya seni kriya: pertama, sebagai pemuas batin, yakni sebagai karya yang hadir tanpa ekspektasi di luar kegelisahan batinnya; kedua, sebagai bagian untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah yang berbasis pada ranah budaya. Kedua tujuan itu bisa saling memenuhi. Kadang-kadang karya personal dapat memberikan inspirasi pada karya yang sifatnya reproduksi terbatas dan massal. Kehadirannya tak lepas dari pengaruh lingkungan termasuk potensi lokal sebagai sumber inspirasinya, baik berupa konsep- konsep tradisi budaya, pola kehidupan, maupun material disesuaikan dengan perkembangan jaman.

Dengan demikian budaya lokal atau tradisi sesungguhnya dapat berbicara secara global sebagai bagian jati diri bangsa. Seni kriya relatif banyak menggali potensi alam dan budaya Nusantara. Langkah demikian mampu memberikan nilai tambah berupa keunikan yang berkarakter Indonesia. Hal ini sekaligus memiliki fleksibelitas seni termasuk di dalamnya nilai guna. Kriya dapat memberikan pandangan baru karya yang bersifat ekspresi pribadi dalam seni terapan dan untuk pajangan, misalnya souvenir, produk asesoris, mebelair, dan lainnya. Produk kriya telah mampu memberikan bentuk-bentuk kreativitas baru pada produk budaya tertentu.

Penyelenggaraaan pameran seni kriya sebagai salah satu bentuk pendidikan apresiasi kepada masyarakat relatif sedikit diselenggarakan. Hanya pada jenis karya reproduksi yang banyak dilakukan, yakni karya seni yang dibuat secara masal dari bentuk dan teknik masa lalu yang disebut dengan seni kerajinan. Seni kriya yang yang berorientasi penciptaan baru sebagai pijakan kreativitas kekinian atau desain baru hasil ini perlu mendapat perhatian. Hal ini karena hasil dari kreativitas penciptaan itu memberikan dampak pada popularitas karya kriya. Produk masal karya kriya sebagai komoditi bisnis berpengaruh pada maraknya kriya baru yang ngetrend di pasaran dan bercirikhas Indonesia.

Hal inilah yang menyebabkan pelaksanaan Pameran UNDAGI #2 tahun 2018 berbeda dengan yang pertama. Pameran UNDAGI #2 akan menyajikan karya-karya yang lebih memberikan inspirasi bagi pertumbuhan dan perkembangan kriya yang mengkolaborasikan potensi kreasi dengan material. Lebih dari itu, karya kriya yang disajikan merupakan karya seni kriya baru yang unik dan kreatif. Sebab, peristiwa ini akan lebih mengutamakan kebaruan ide penggalian budaya bangsa, materi, teknik, dan finishingnya. Tidak menutup kemungkinan karya yang bersifat murni yang menggali potensi budaya bangsa. Peserta pameran adalah para kriyawan yang memiliki dedikasi tinggi terhadap profesinya. Karya yang dipamerkan akan dikurasi secara ketat, berkaidah kesenirupaan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan apresiasi dan edukasi masyarakat luas.

Undagi #2 ini merupakan hasil kerjasama Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta dan Dinas Kebudayaan DIY. Pameran Seni Kriya ini akan dibuka pada 9 Mei 2018 oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud RI. Adapun peserta pameran terdiri dari 84 kriyawan dari Sumatera, Jawa dan Bali.

Selain pameran dalam rangkaian Undagi #2 ini akan diselenggarakan pula Workshop Eco-Print dan Dialog Seniman Kriya akan dilaksanan pada 10 Mei 2018. Total seluruh acara Undagi #2 dilaksanakan pada 9-13 Mei 2018 di Taman Budaya Yogyakarta. Terkait informasi Undagi #2 akan terus di update melalui

media social Instagram & Facebook : @pameranbesarsenikriya .

 

Kurator           : Timbul Raharjo
Co Kurator   : 1. Agus Sriyono
                      2. Arif Suharson